KEMBARA.ID, JAKARTA-Laura Lazarus, sosok wanita yang tak bisa dilupakan ketika kita berbicara tentang kecelakan pesawat komersial di tanah air.
Laura merupakan mantan pramugari yang selamat dalam insiden Kecelakan pesawat.
Bukan hanya satu kali kecelakan, malainkan dua kali kejadian tragis kecelakan pesawat, yang dialami Laura Lazarus di dalam maskapai tersebut.
Akibat Kecelakan ini, beberapa bagian tubuh Laura yang cedera.
Laura pun harus menjalani kurang lebih 17 kali operasi untuk memulihkan kondisinya pasca kecelakaan tersebut.
Kejadian tragis yang menalan banyak korban jiwa ini, terjadi pada tahun 2004 silam.
Saat itu, Laura baru berusia 19 tahun, dan bekerja sebagai pramugari maskapai Lion Air.
Baca juga:
Polisi Cari Pemilik Akun Medsos, Diduga Komentar Miring Tragedi Jatuh Sriwijaya Air SJ182
Detik-Detik Jokowi Disuntik Vaksin Covid-19, Diikuti Panglima TNI dan Kapolri
Pasangan Calon Pengantin Korban Sriwijaya Air, Naik Pesawat Pakai KTP Orang Lain
Jasad Pria Ditemukan Membusuk di Dalam Kamar di Legian, Diduga Bunuh Diri
Seperti dilansir dari Merdeka. com yang menyadur dari acara Pagi Pagi Pasti Happy yang dipandu oleh Uya Kuya, sosok Laura Lazarus dan sang Ibunda hadir dalam acara tersebut juga berbagi kisah tragedi naas itu hingga akhirnya Laura selamat dari ancaman kematian.
Laura mengisahkan pada Juli 2004, pesawat yang membawanya bersama penumpang mengalami kecelakaan di Palembang karena tergelincir hingga keluar dari landasan. Beruntungnya, tidak ada korban jiwa.
Setelah insiden ini, sekitar lima bulan kemudian, pesawat yang sama dan juga ditumpangi Laura kembali mengalami kecelakaan di Bandara Adi Sumarmo Solo.
Kecelakaan yang terjadi pada November 2004 ini menjadi momen tragis dalam hidup Laura.
Karena ketika pesawat hendak mendarat, terjadi goncangan hebat di udara.
Pesawat tiba-tiba keluar landasan dan menabrak pagar serta berhenti di tanah kuburan.
Akibat kecelakaan itu, pilot, beberapa pramugari, dan penumpang dinyatakan meninggal dunia dan puluhan mengalami luka parah.
Meski dinyatakan selamat, hingga kini kondisi fisik Laura pun bisa dinyatakan belum sepenuhnya normal sejak kecelakaan itu.
Saat itu, ternyata sebelum kejadian, Laura Lazarus sudah merasakan firasat.
Ia sempat menyampaikan hal itu kepada senior pramugari yang duduk tepat disebelahnya.
“Saya sempat bilang sama senior saya yang duduk di sebelah kanan (dia meninggal) ‘kok perasaan saya enggak enak ya’ gitu.
Pada waktu pesawat ini mau mendarat itu (pesawat) tergelincir.
Enggak lama kemudian pas mendarat kita denger suara ‘Brakkk’ gitu.
Tapi memang pada saat itu cuaca lagi buruk,” kata Laura.
Akibat kecelakaan itu, pilot, beberapa pramugari, dan penumpang dinyatakan meninggal dunia dan puluhan mengalami luka parah.
Meski dinyatakan selamat, hingga kini kondisi fisik Laura pun bisa dinyatakan belum sepenuhnya normal sejak kecelakaan itu terjadi.
Laura mengatakan saat itu jika dirinya sempat dikira sudah meninggal dunia.
Karena ditemukan dibawah runtuhan badan pesawat.
Ia sempat mengalami koma selama tiga hari.
Ketika sadar, dirinya sudah berada di ICU rumah sakit.
“Saya ditemukan di bawah reruntuhan badan pesawat, sempat koma 3 hari begitu bangun saya sudah di ICU,” katanya.
Kesaksian Ibunda Laura dalam acara tersebut, menggambarkan kondisi tubuh Laura yang nyaris hancur.
Dokter menyarankan amputasi kaki Laura.
Ibunda Laura tiba di Solo pukul 14.00 WIB hari itu.
Ketika sampai di ruang ICU, ia tak percaya melihat badan buah hatinya yang terlihat lengan copot, pinggang patah dan betis bolong dan cedera di bagian tubuh lainnya.
” Sampai di kamar ICU itu saya liat anak saya (Laura) badannya bengkak biru, matanya keluar bola matanya, pipinya sobek, lengannya copot, pinggang patah, betisnya bolong, jadi saya lihat anak saya badannya sudah bocor semua,” ujar ibunda Laura. (*)