KEMBARA.ID, JAKARTA-Maradona wafat pada Rabu (25/11/2020) di kediamannya yang berada di Buenos Aires akibat serangan jantung.
Semua pelaku dan pecinta sepakbola dunia memberikan penghormatan kepada pemain berjuluk si tangan Tuhan itu. Baik itu secara langsung dan melalui media sosial.
Namun satu hal yang menarik karena
pesepak bola wanita asal Spanyol yang juga berprofesi sebagai guru enggan memberikan penghormatan kepada Maradona.
Pesepak bola wanita itu adalah Paula Dapena yang membela Viajes InterRias FF, klub sepak bola wanita yang berkompetisi di Divisi Ketiga Liga Spanyol Wanita.
Setiap pemain dan staf yang ada di dalam pertandingan saat itu diminta untuk mengheningkan cipta dan tepuk tangan selama beberapa menit. Namun hal ini tidak dilakukan Dapena.
Ia memilih duduk membelakangi para staf dan pemain saat semuanya sedang memberikan penghormatan.
Dapena punya alasan tersendiri mengapa dia melakukan tindakan tersebut.
Dilansir BolaSport.com dari media Spanyol, AS, Dapena mengaku tak ingin memberikan penghormatan kepada pelaku pemerkosa dan kekerasan terhadap perempuan tersebut (Maradona).
Bagi Dapena, Maradona memang sosok yang luar biasa di dalam lapangan, tapi ia adalah seorang pelaku kekerasan gender.
Maradona meninggal bertepatan dengan Hari Menentang Kekerasan Gender yang diperingati tiap 25 November.
Maradona menurut dia, dalam sepak bola, memiliki kemampuan dan kualitas yang spektakuler.
Akan tetapi, sebagai pribadi, dia meninggalkan banyak hal yang tak diinginkan oleh orang lain.
Dia mengatakan, ketika Maradona terlibat kasus pedofilia dan pelecehan, hal tersebut bertentangan dengan apa yang diperjuangkan selama ini.
“Jadi, berdiam diri satu menit dan memberi penghormatan padanya bertentangan dengan saya. Saya tidak bisa melakukannya,” ucap Dapena.
Menurut Dapena, jika dirinya memberikan penghormatan terakhir kepada Maradona, itu artinya dia mendukung pelaku kekerasan.
Seperti dilansir bolasport. com, Maradona memang sempat diketahui melakukan kekerasan terhadap mantan kekasihnya, Rocio Oliva.
Legenda sepak bola Argentina ini juga disebut pernah melakukan pemerkosaan terhadap jurnalis asal Rusia di sebuah hotel.(*)
Protes dan Ancaman
Usai Dapena melakukan aksi protes, banyak kecaman dan ancaman pembunuhan tertuju padanya.
Meski begitu, Dapena tetap kukuh pada pendiriannya. Bahkan rekan setimnya juga memprotes tindakannya. Ia tak bergeming dari aksi protes tersebut.
“Saya tidak hanya menerima pelecehan melalui jejaring sosial, tapi juga melalui rekan setim saya,” kata Dapena.
Meski ancaman yang ditujukan Dapena sampai ingin mematahkan kakinya, ia tetap tak ingin menarik kembali aksi protesnya.
“Kami tidak hanya mengalami pelecehan, ada juga ancaman pembunuhan dan ancaman seperti, ‘Saya akan menemukan alamat Anda dan saya akan pergi ke rumah Anda dan mematahkan kaki Anda’,” tutur Dapena.
Dia menjelaskan, seorang pesepakbola profesional harusnya menerapkan atitude yang baik dan menjadi contoh.
Menurut dia, seorang atlet yang baik harus memiliki nilai dan menjadi orang baik.
“Pesepak bola adalah orang biasa sebelum menjadi pesepak bola, terlebih lagi jika dia adalah idola banyak orang seperti Maradona,” ujar Dapena.(*)